Ada yang menarik Menjelang Pilkada Sarolangun Jambi - Sengaja Ku kutip dari jambi independent tentang Berita Menjelang Pemilu kada dikab. Sarolangun,, di situ ada yang sangat menarik apa bila sebagian masyarakat awam yang sangat buta akan politik, sama seperti saya ini, untuk bisa memahami maksud ulasan ini, semoga masyarakat sarolangun lebih cerdas dalam memilih Calon Bupati sarolangun nanti,,
Ditulis oleh roz
Kamis, 27 Januari 2011 16:07
Karena Kaderisasi Tak Jalan, Tak Punya Kader Layak Jual
Sejumlah partai politik (parpol) besar yang biasanya selalu bersaing, tiba-tiba bersatu mendukung salah satu kandidat, yakni Cek Endra-Pahrul Rozi di Pemilukada Sarolangun. Apakah sudah tidak ada lagi calon lain yang potensial di Sarolangun? Atau parpol-parpol besar itu yang takut kalah bersaing karena tidak punya kader yang layak jual? Pemilukada Sarolangun April 2011 sedikit berbeda dengan pemilukada di daerah lain, baik yang sudah atau yang akan berlangsung. Di Tanjab Barat, Batanghari, Tanjab Timur, Tebo dan Bungo, Lima Partai Besar di Jambi, yakni PAN, Golkar, Demokrat, PDIP dan PKS selalu bersaing.
Di Tanjab Barat, misalnya. PAN berkoalisi dengan Golkar dan PKS yang mengusung Usman-Katamso bersaing dengan PDIP yang berkoalisi dengan Partai Demokrat. Lalu, di Batanghari, lima partai besar ini malah bersaing ketat. Partai Demokrat dan PKS mengusung Fattah-Sinwan, Golkar mengusung Syahirsah-Erpan, dan PDIP bersama PAN mengusung Ardian-Pani.
Artinya, di setiap pemilukada lima partai ini punya jagoan masing-masing yang mereka usung. Tapi, di Sarolangun, lima parpol tersebut kompak mendukung Cek Endra-Pahrul Rozi.
Pengamat Politik dan Hukum dari Universitas Jambi (Unja) Thabrani M Saleh mengatakan, dari sisi pencalonan, parpol hanya berfungsi sebagai perahu (pengusung). Tapi, tidak ada jaminan dengan banyaknya dukungan parpol, pasangan kandidat yang diusung bisa menjadi pemenang.
“Bisa saja kandidat yang diusung sedikit parpol memenangkan pertarungan. Ini bisa terjadi jika kandidat tersebut benar-benar mempunyai track record (rekam jejak) yang baik dan dikenal oleh masyarakat,” ujarnya, kemarin (26/1).
Yang menjadi persoalan, kata Thabrani, ketika pasangan kandidat tersebut terpilih, maka dia mau tidak mau harus membangun koalisi di parlemen (DPRD). “Memang idealnya kandidat tersebut didukung oleh koalisi parpol besar,” cetusnya.
Lantas, bagaimana dengan figur atau tokoh yang ada di Kabupaten Sarolangun? Menurut Thabrani, Sarolangun sangat banyak memiliki figur. Namun mereka sulit bisa bersaing (maju pilkada), karena peranan parpol sangat menentukan maju atau tidaknya seseorang. Makanya, di sinilah akan terlihat ideologi parpol, hanya mengejar kepentingan dengan menerima kompensasi politik yang besar dari kandidat yang diusung.
“Saya melihat, dari segi finansial, memang dibutuhkan dana cukup besar. Apalagi diuntungkan dengan posisi sebagai incumbent. Mungkin, parpol melihat peluang dan kontribusinya lebih besar. Sementara kandidat lain, tidak bisa memberikan kontribusi kepentingan parpol yang besar,” ulasnya.
Bagaimana dengan proses pembangunan demokrasi? Thabrani mengatakan, proses demokrasi tersebut merupakan bagian dari mekanisme yang dimainkan parpol. Sementara, kepentingan parpol hanya melihat siapa yang banyak (besar) memberikan perhatian (konteks kompensasi politik) terhadap parpol tersebut.
“Artinya, dalam konteks pembangunan demokratisasi di Sarolangun, tidak ada kemajuan yang dimainkan oleh parpol. Idealnya, parpol harus berani dan bisa mendukung kader internal,” ujarnya.
Thabrani menilai, mendominasinya dukungan terhadap salah satu pasangan kandidat tersebut menunjukkan proses kaderisasi parpol tidak jalan. Diperparah lagi dengan kemampanan dalam konteks ekonomi para kader parpol di daerah tersebut tergolong pas-pasan. “Namun semuanya tergantung rakyat. Apakah kandidat yang diusung tersebut dipilih atau tidak. Rakyatlah sebagai penentu, siapa yang menjuarai Pemilukada Sarolangun itu,” katanya.
“Yang jelas tidak ada jaminan figur didukung banyak parpol besar bisa memenangkan pertarungan. Strategi yang dimainkan figur tersebut juga sangat menentukan,” sambungnya.
Tidak jauh beda, pengamat politik dari IAIN STS Jambi Sayuti Una mengatakan, parpol memberi dukungan pada seseorang pasti mempunyai dasar. Salah satunya melihat tingkat popularitas dan elektabilitas sang kandidat. “Di sini, saya melihat kandidat incumbent sangat diuntungkan. Semua parpol yang memberikan dukungan tentu memiliki tujuan ingin menang dan melihat posisi kandidat siapa yang kuat,” sebutnya.
Namun, di sisi lain, kata dia, proses kaderisasi parpol bisa dikatakan gagal. Karena tidak mampu menyiapkan kader yang siap berkompetisi dalam ajang pemilukada. “Kondisi tersebut bisa menyebabkan tingkat militansi kader akan hilang, karena merasa tidak berguna dan terpakai. Ke depan, mau tidak mau parpol harus mencari kader yang siap pakai,” ujarnya.
Sayuti juga melihat dukungan yang diberikan parpol kepada pasangan kandidat incumbent tersebut, jelas ada deal-deal politik atau komitmen tertentu. “Komitmen tersebut bisa saja berupa pembagian kue (kos politik), bukan karena faktor misi pembangunan. Komitmen seperti itu dalam politik sesuatu hal yang biasa,” katanya.
Lalu, apakah dukungan parpol besar bisa jadi jaminan menang? Menurut Sayuti Una, itu tergantung dengan pencitraan yang dibangun oleh pasangan kandidat. Berdasarkan pengalaman pada pemilukada yang sudah berlangsung, dukungan parpol besar tidak menjamin menang. Dia mencontohkan, Pemilukada Batanghari dan Tanjab Barat. “Yang menentukan itu salah satunya figur yang diusung,” ujarnya.
Ketua DPW PAN Provinsi Jambi Hazrin Nurdin mengatakan, pada Pemilukada Sarolangun, mereka mengusung kader internal, yakni Cek Endra. “Siapa bilang kita tidak usung kader internal, Cek Endra itu merupakan pengurus DPW PAN yang sangat berpotensi untuk diusung dan memenangkan pemilukada mendatang,” ujarnya.
Ungkapan tersebut, juga langsung dipastikan oleh Cek Endra. “Saya merupakan kader PAN, dan tidak akan berpaling ke parpol lainnya,” ujarnya seusai menghadiri pertemuan dan silaturahmi di kantor DPD I Partai Golkar Provinsi Jambi, Senin (24/1) lalu.
Terpisah, Sekretaris DPW PKS Provinsi Jambi, Supriyanto mengatakan, secara normatif, PKS memberikan dukungan kepada pasangan Endra-Pahrul, karena persamaan visi misi dan eksisnya komunikasi yang dibangun antara kandidat dengan PKS. Persoalan kaderisasi, anggota DPRD Provinsi Jambi itu, mengatakan mereka melihat dari tingkat popularitas dan elektabilitas (survei).
“Bukan berarti proses kaderisasi yang kita lakukan gagal. Ini merupakan bagian dari dinamika perpolitikan. Tentu ada komitmen lain yang bersifat khusus. Yang jelas, kandidat yang kita usung berjanji akan membesarkan PKS,” ujarnya. Selain itu, kandidat tersebut juga berani membuat kontrak politik.
Tidak jauh beda, Ketua DPD I Partai Golkar Provinsi Jambi Zoerman Manap mengatakan, dukungan diberikan kepada Cek Endra-Fahrul merupakan kesepakatan dan komitmen yang dibangun. Selain itu juga D berdasarkan pertimbangan hasil survei. Karena Partai Golkar adalah partai yang realistis.
“Golkar adalah partai yang selalu melakukan hal-hal yang realistis. Artinya jika memang kader internal tidak bisa maju, maka tentu tidak bisa dipaksakan,” katanya.
Namun, Golkar biasanya akan melirik posisi nomor dua. “Alternatif terakhir tentu terkait program kerja daerah dari pasangan yang diusung,” ujarnya. Hanya saja, Zoemran belum mau buka kartu soal komitmen atas dukungan ini. “Kalau itu masih of the record,” katanya, sambil tersenyum.
PPP dan PPRN Tarik Dukungan
Sementara, dukungan parpol untuk pasangan Cek Endra-Pahrul Rozi sedikit berkurang. Karena dua parpol yang ada di parlemen mencabut dukungannya. Pukul 20.00, Selasa malam (25/1) lalu, PPP (2 kursi), PPRN (2 kursi) bersama parpol non parlemen yakni Bernas, PDP dan PPDI mengusung pasangan Evi Suherman-Sardini dan langsung melakukan pendaftaran ke KPUD Kabupaten Sarolangun.
Menurut Evi Suherman, yang juga Ketua DPC PPP Kabupaten Sarolangun itu, dari awal memang mereka mendukung duet Endra-Pahrul. Karena ada kesepakatan yang buat tidak terwujud, maka mereka bersama parpol koalisi lainnya memilih jalan sendiri.
Namun, pernyataan Evi tersebut diragukan banyak pihak. Ada yang menilai duet Evi Suherman-Sardini itu hanya “boneka”. Mereka diciptakan hanya untuk mengantisipasi tidak ada calon lain yang maju, karena semua parpol sudah mendukung pasangan Endra-Pahrul .
Penilaian itu langsung dibantah Evi. “Itu tidak benar, kami bukan boneka Endra-Pahrul,” tegasnya. Kenapa terkesan mendadak ? Anggota DPRD Sarolangun itu beralasan itu merupakan bagian dari strategi. “Kita itu kan mempunyai strategi masing-masing. Yang jelas kita menarik dukungan dan maju bersama dengan rekan-rekan parpol koalisi lainnya,” sebutnya.
As’ad Isma dan Salahuddin Siap Bersaing
Di atas kertas, pasangan Cek Endra-Pahrul Rozi memang diprediksi berpeluang sangat besar memenangkan Pemilukada Sarolangun. Selain incumbent, keduanya didukung lima partai besar yang menguasai parlemen dan sejumlah partai menengah lainnya. Pasangan ini juga didukung sejumlah partai non parlemen. Tapi, bukan berarti mereka tidak ada lawan.
Sementara ini tercatat dua pasangan yang menyatakan siap bersaing dengan Cek Endra-Pahrul Rozi. Yakni As’ad Isma yang disebut-sebut akan berpasangan Maryadi Syarif dan pasangan Nasri Umar-Salahuddin yang akan maju melalui jalur perseorangan.
Selain dua pasangan ini memang ada satu pasangan lagi yang sudah mendaftar di KPUD, yakni Evi Suherman dan Sardini. Namun, nama terakhir disebut-sebut tidak akan sungguh-sungguh bertarung, karena mereka dinilai bagian dari Cek Endra-Pahrul Rozi. Walaupun keduanya bersikeras membantahnya.
As’ad Isma hingga kini baru mengantongi dukungan empat kursi di parlemen masing-masing dari PKB dan PBR. Ia mengaku tidak akan mundur dari pencalonan. Untuk menutupi kekurangan dukungan parpol tersebut, As’ad berencana menggaet parpol non parlemen.
“Tidak ada kata-kata mundur, kita maju dan terus maju. Meskipun dukungan parpol kecil, Insya Allah dengan keyakinan dan berjuang demi untuk Sarolangun Cerdas, kita optimistis memenangkan pada ajang pemilukada mendatang,” ujarnya.
Terpisah, Cawabup Salahuddin yang maju melalui jalur perseorangan (independen) juga mengaku akan mendaftar hari ini (27/1. “Sebelum mendaftar, kita akan melakukan deklarasi. Semua simpatisan siap hadir demi untuk perubahan Sarolangun,” kata mantan ketua Panwas Pilkada Provinsi Jambi itu.
Dia mengaku telah mengantongi dukungan berjumlah 16.591 atau 6,2 persen penduduk Sarolangun yang tersebar di semua kecamatan dalam Kabupaten Sarolangun. “Kita tidak gentar menghadapi kandidat yang didukung parpol besar. Kita akan maju terus demi untuk melakukan perubahan Sarolangun mendatang,” ujar pasangan yang disebut Nusa Bangsa (Nasri Umar-Salahuddin) itu.
1 komentar:
Info Berita Terbaru dan Terkini Hari ini tentang Berita bola,gosip artis,dan kabar berita-berita terbaru tentang selebriti indonesia online hari ini
Post a Comment