Blog Jambi Informasi jambi by a - One

Selayang Pandang

My photo
Sikapur Sirih ~ Selamat datang di Blog Informasi Jambi dari Yudi a-One. Sebelumnya Saya mau ngucapin banyak-banyak terima kasih pada kalian semua yang sudah ngunjungin blog saya ini. Blog ini saya buat dengan upaya untuk memuat segala sesuatu tentang Informasi Provinsi Jambi, yang mungkin kalian ada yang belum tahu, terutama buat sahabat dari luar provinsi jambi, dalam bentuk tulisan. Tak lupa pula rasa syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena saya telah diridhoi kemampuan, kesehatan dan kelebihan oleh-Nya untuk dapat terus menjalankan hidup ini, mengembangkan ilmu yang saya punya, dan juga kesempatan untuk dapat membagikan informasi yang ada di jambi dan sedikit catatan atau pun coretan sampah tentang diriku dalam blog kecil nan sederhana ini. Semoga semua hal yang sudah saya muat di blog Informasi Jambi ini, bisa bermanfaat bagi kita semua.

Blog

4/24/10

Pengendum, Anak Rimba Sahabatku…..

Informasi Jambi Masih Mengulas Artikel Mbak dona yang keren banget, kali ini, judul artikel mbak dona Pengendum, Anak Rimba Sahabatku…..

Pemuda Telanjang, ini yang terekam saat pertemuan pertama ku dengan Pangendum pada tahun 2006 lalu. Telanjang karena saat itu ia hanya menggunakan selembar kain untuk menutup bagian “kelaki-lakiannya”. Tidak seperti pakaian pria umumnya, Pangendum hanya menggunakan lilitan kain panjang yang menutupi aurat. Terakhir baru aku ketahui pakaian khas Suku Anak Dalam atau Orang Rimba asal Bukit Duabelas Jambi itu bernama cawot.

Informasi jambi

foto mbak dona dan orang rimba

Menjadi wartawan telah membuat aku banyak mengenal orang dan banyak punya teman. Pangendum salah satunya. Ia bukan pemuda biasa, Pangendum adalah anak muda asli Orang Rimba yang lahir dan tumbuh di dalam hutan Jambi. Bagi kaum Orang Rimba yang muda seperti Pangendum..disebut dengan Anak Rimba….

Perkenalan kami berawal ketika Pangendum bersama puluhan Orang Rimba lainnya datang ke Dinas Kehutanan Provinsi Jambi untuk berjuang mempertahankan Hutan Bukit Duabelas, agar tetap bisa dihuni kaum Orang Rimba dan tidak dikuasai dengan semena-mena oleh pemerintah maupun orang luar. Ketika itu aku meliput kehadiran mereka.

Sejak itu pula, aku dan Pangendum syah menjadi sahabat. Kami sering berkomunikasi, bertemu langsung maupun melalui telepon seluler. Biasanya kami membicarakan banyak hal, mulai dari pendidikan, HAM, hutan dan hal-hal ringan tentang kehidupannya yang terkadang mampu membuat aku takjub saat mendengarnya.

Informasi jambi

foto mbak dona pengendum diladang padi

Meski tak mengetahui tanggal dan tahun berapa ia lahir, karena ia sendiri sering bingung saat ditanya tentang hal ini, tapi bisa aku perkirakan usia Pangendum kini sekitar 23-24 tahun.

Saat kecil, Pangendum sama dengan anak-anak Rimba lainnnya. Ia banyak menghabiskan waktu untuk berburu hewan, mencari buah-buahan atau menggali umbi-umbian untuk dimakan atau sekedar dijadikan mainan. Dari Pangendum pula aku tahu, ternyata saat yang tepat berburu Babi adalah ketika hujan turun. ”Karena saat hujan, babi-babi akan bersembunyi di goa-goa, saat itu kita akan mudah memburunya,” terang Pangendum. Senang sekali mendengar kisah-kisah dan ceritanya.

Kami lumayan sering bertemu, meski tinggal jauh di area Hutan Bukit Dua Belas Makekal Hulu Bangko Kabupaten Merangin Jambi – sekitar 8 jam ke Kota Jambi dari pinggiran hutan. Pangendum sering datang ke Kota Jambi untuk berbagai keperluan dan menginap di basecamp LSM Lingkungan Walhi. Jika sama-sama punya kesempatan, kami akan bertemu, makan dan bercerita tentang karya-karya yang telah ia kerjakan.

Aku punya cerita lucu saat pertama kali hanging out dengan Pangendum di Kota Jambi..Saat keliling kota, aku membonceng Pangendum dengan sepeda motor. Situasi ini membuat kami jadi pemandangan banyak orang. Pangendum yang sehat bugar itu pun tak luput dari lirikan aneh pengguna jalan lain yang kebetulan berpasan dengan kami. Berhenti di lampu merah, semua mata melihat aneh kami.

Sejak awal keberangkatan, sebenarnya Pangendum telah menawarkan diri untuk memboncengku. Mungkin emang dasar akunya yang jahat…aku tak langsung yakin ia bisa mengendarai motor dengan baik…aku cemas jangan-jangan dia tak paham mengartikan rambu-rambu lalu lintas…Bagaimanapun, di hutan mana ada jalan raya, mana ada lampu merah, mana ada jembatan beton, mana ada sepeda motor…Ah…aku benar-benar merasa jahat jika ingat itu…

Manisnya, Pangendum sangat mengerti rasa ketidakpercayaanku kepadanya. Terlihat ia tak mau merusak acara hanging out kami. Ia asyoi amboi aja diboonceng…buuummm…buuum….berkeliling lah kami….

Capek keliling…Pangendum mulai memberi aku kejutan dengan pengakuannya yang bikin aku tak enak hati…”Kamu harus tahu, di Bangko saya sering ngebut bawa motor, paling mahir lari kalau dikejar polisi karena saya jarang pakai helem, di basecamp LSM sana kan banyak motor, sejak aktif bersama mereka, sejak itu pula aku bisa membawa motor,” Pangendum bercerita…duuh…karena udah terlanjur sok hebat…akhirnya aku harus tetap membonceng Pangendum dan tahan gengsi..

Al hasil…malam harinya aku kecapean…bobot berat Pangendum yang lumayan gilee telah membuat aku ekstra maksimal mengeluarkan energi, menyeimbangkan sepeda motor, membawa Pangendum berkeliling kota…uuufffhhhh….

Informasi jambi

foto mbak dona dengan pengendum dan kepala TVRI Jambi waktu masih menjabat

Bersahabat dengan pangendum, aku merasa aman dan nyaman. Orang Rimba teramat menghargai kaum perempuan. Di lingkungan mereka di hutan, perempuan yang tak memiliki hubungan perkawinan dengan pria, dilarang keras bertemu dengan jarak dekat. Bahkan menurut Pangendum, di Rimba tidak pernah terjadi hal-hal di luar norma.

Padahal kaum perempuan Rimba sangat sexi, tidak menggunakan penutup dada. Pria dan wanita di Rimba saling menghargai, mereka jauh lebih beradat dan berperilaku sopan dibanding orang-orang luar yang berpendidikan tinggi. Demikian pula Pangendum, dia sangat sopan.

Berkomunikasi dengan pengendum aku menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Orang Rimba memiliki bahasa khas yang susah dipahami. Pangendum sendiri sangat mahir berbahasa Indonesia namun tak bisa bahasa Jambi. ”Karena di Rimba saat belajar kami diajarkan guru berbahasa Indonesia dan bukan bahasa Jambi,” alasan Pangendum.

Kadang aku keceplosan juga menggunakan Bahasa Jambi saat berbincang dengan Pangendum. ”Aduh tolong, jangan pakai bahasa Jambi, kamu bicaranya cepat-cepat pula, saya tidak mengerti,” Pangendum langsung protes.. Kadang kalo lagi usil, aku sengaja bicara Bahasa Jambi dengan ritme cepat, Pengendum akan mengernyitkan kening tanda bingung dan tak paham…haha. Untung akhir-akhir ini Pangendum sudah mulai banyak paham kosa kata Bahasa ‘gaul’ Jambi.

Bicara soal talenta, Pangendum adalah gudang talenta. Meski tidak pernah mengenyam pendidikan formal sekolah karena hidup di lebatnya hutan, ia tetap bisa membaca, menulis, memahami hukum bahkan sangat kritis. Semua ia pelajari dari LSM yang konsen memberikan pendidikan kepada Orang Rimba. Tahun 2001 lalu, Pangendum sempat menjadi murid Butet Manurung – aktivis dan juga penulis yang fokus pada Suku Anak Dalam Jambi dan di daerah lain nusantara.

Bekal ilmu itu pula, Pangendum kini akhirnya bisa menjadi guru bagi anak-anak Rimba lainnya, mengajar menulis, membaca, berhitung dan menularkan ilmu lain yang ia punya. Bahkan Pangendum telah bisa beradaptasi dengan lingkungan luar nan modern. Ia kini bisa menggunakan ponsel, laptop, bahkan bersama sahabat sesama Anak Rimba dari Kelompok Makekal Bersatu, Pangendum telah membuat filem berjudul Menunjuko atau Rimba Rumah Kami.

Informasi jambi

foto mbak dona waktu melihat hamparan hutan bukit 12 yang terancam gundul akibat ulah manusai yang tidak bertanggung jawab

Pangendum pun kini aktif sebagai aktivis pendidikan dan lingkungan yang fokus pada kelestarian hutan Bukit Dua Belas, menentang keras penebangan kayu liar dan fokus memperjuangkan area tempat tinggal Orang Rimba tinggal. Pangendum..sahabat ku itu telah jadi orang hebat bagi kaumnya. Meski aktif bersama orang luar…ia tetap tak melupakan ‘rimba’nya…tetap pulang ke hutan…ke rimba…tempat ia dibesarkan…(***)

http://donapiscesika.wordpress.com/2008/12/15/pangendum-anak-rimba-sahabatku%E2%80%A6/

0 komentar:

Post a Comment

Like Facebook