Blog Jambi Informasi jambi by a - One

Selayang Pandang

My photo
Sikapur Sirih ~ Selamat datang di Blog Informasi Jambi dari Yudi a-One. Sebelumnya Saya mau ngucapin banyak-banyak terima kasih pada kalian semua yang sudah ngunjungin blog saya ini. Blog ini saya buat dengan upaya untuk memuat segala sesuatu tentang Informasi Provinsi Jambi, yang mungkin kalian ada yang belum tahu, terutama buat sahabat dari luar provinsi jambi, dalam bentuk tulisan. Tak lupa pula rasa syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena saya telah diridhoi kemampuan, kesehatan dan kelebihan oleh-Nya untuk dapat terus menjalankan hidup ini, mengembangkan ilmu yang saya punya, dan juga kesempatan untuk dapat membagikan informasi yang ada di jambi dan sedikit catatan atau pun coretan sampah tentang diriku dalam blog kecil nan sederhana ini. Semoga semua hal yang sudah saya muat di blog Informasi Jambi ini, bisa bermanfaat bagi kita semua.

Blog

3/23/10

Seloka Atau Puisi Budaya Melayu Kelasik Propinsi Jambi

Seloka merupakan bentuk Puisi Melayu Klasik, berisikan pepetah maupun perumpamaan yang mengandung senda gurau, sindiran bahkan ejekan. Biasanya ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair, terkadang dapat juga ditemui seloka yang ditulis lebih dari empat baris. Kata "seloka" diambil dari bahasa Sansekerta, sloka.

Puisi Melayu Klasik ini biasanya disajikan sebelun acara pernikahan di mulai, biasanya orang yang memberi Sloka disebut Tua Tengganai, namun itu tidak hanya di sajikan oleh tua tengganai siapapun boleh mengunakan Sloka atau Puisi Melayu Klasik Bagi Yang ingin tau tentang Seloka Atau Puisi Budaya Melayu Kelasik Propinsi Jambi beserta maknanya, yuk ikuti artikel di bawah ini.

Ayam hitam terbang malam, hingap dirumpun pandan, ngokok bunyino,

Masyarakat di mana pun berada, termasuk masyarakat etnik Melayu-Jambi, pasti akan menumbuhkembangkan hukum sebagai sarana untuk menertibkan anggotanya. Seseorang yang diduga melakukan pelanggaran bukan berarti bersalah. Karena itu, untuk menentukan bersalah atau tidaknya seseorang akan ditentukan di pengadilan. Jadi, sebelum pengadilan menentukan bersalah, maka yang bersangkutan belum dapat dikatakan bersalah. Keadaan seperti ini sering disebut sebagai asas praduga tidak bersalah. Masyarakat etnik Melayu-Jambi mengungkapkan hal itu sebagai “Ayam hitam terbang malam, hinggap dirumpun pandan, ngokok bunyinyo. Nilai yang terkandung dalam ungkapan ini, dengan demikian, adalah kearifan.


Bak napuh di ujung tanduk, ilang sikok beganti sikok,

Suatu komunitas atau masyarakat dapat diibaratkan sebagai perahu yang memerlukan seorang nahkoda yang dapat mengantar ke suatu tujuan yang diinginkan. Dengan perkataan lain, sebuah masyarakat memerlukan seorang pimpinan yang dapat menyejahterakannya. Jika seorang pemimpin memang sudah harus diganti, maka penggantinya juga seorang (bukan lebih dari satu orang). Pergantian pemimpin seperti itu oleh masyarakat Jambi disebut bak napuh, diujung tanduk, ilang sikok beganti sikok. Nilai yang terkandung dalam ungkpan ini adalah kesinambungan.

Berjalan sampai kebateh, belajar sampai kepulau

Setiap orang mempunyai cita-cita. Ada yang sederhana dan ada pula yang setinggi langit. Jika apa yang dicita-citakan oleh seseorang tercapai, maka ketercapaian cita-cita itu diungkapkan sebagai “Bajalan sampai kebateh, belajar sampai kepulau”. Nilai yang terkandung dalam ungkapan ini, dengan demikian, adalah keberhasilan.

Ayam berinduk serai serumpun

Sebuah masyarakat, di mana pun, membutuhkan seseorang yang dapat mempersatukan anggotanya. Tanpa itu sebuah masyarakat menjadi bercerai-berai, sehingga kehidupan bersama yang sejahtera tidak mereka peroleh. Jika dalam sebuah masyarakat ada seseorang yang dapat menjadi panutan, maka hal itu diungkapkan sebagai “Ayam berinduk serai serumpun”. Nilai yang terkandung dalam ungkapan ini, dengan demikian, adalah ketauladan.

Anak bujang sulung mengerah, tapeso sekali belum

Budaya Melayu, termasuk Melayu-Jambi, banyak dicoraki oleh ajaran-ajaran agama Islam. Demikian kentalnya Islam mewarnai budaya Melayu sehingga Melayu sering diidentikkan dengan Islam. Itu tercermin dari ungkapan yang berbunyi “Orang Melayu adalah orang yang beragama Islam, berbahasa Melayu, dan beradat-istiadat Melayu”. Ungkapan “Anak bujang sulung menggerah, tapeso sekali belum” juga ada kaitannya dengan pengaruh Islam karena ungkapan tersebut berarti akil baligh, yaitu suatu masa dimana seorang anak, baik laki-laki maupun perempuan, sudah diwajibkan untuk melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam. Meskipun demikian, bukan berarti yang bersangkutan telah menjadi dewasa. Nilai yang terkandung dalam ungkapan itu, dengan demikian, adalah kewajiban. Dalam hal ini adalah kewajiban untuk menjalankan ajaran-ajaran agama Islam.

Anak bapak

Sistem kepemimpinan dalam suatu masyarakat ada yang berdasarkan demokrasi dan ada pula genealogis (faktor keturunan yang berdasarkan darah). Dalam masyarakat Jambi jika ada orang tuanya menjadi pemimpin, kemudian anak yang menggantikannya, maka hal itu disebut sebagai anak bebapak. Sehubungan dengan itu, nilai yang terkandung dalam ungkapan ini adalah nilai keturunan.


Alim sekitab cerdik secendikio, batino semalu jantan basopan

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dalam satu komunitas tertentu. Walaupun masyarakat yang ideal hanya merupakan utopia, namun setiap masyarakat pada dasarnya tidak menginginkan adanya kekacauan. Mereka menginginkan adanya kehidupan yang tenteram, damai, dan sejahtera. Untuk mewujudkan hal itu, faktor kebersamaan menjadi sangat penting. Berkenaan dengan itu, hubungan yang selaras, serasi, harmonis antarindividu sesuai dengan peranan sesorang dalam masyarakat yang bersangkutan perlu dihayati untuk kemudian diamalkan. Dengan perkataan lain, setiap individu dalam suatu masyarakat mesti menjalankan tugas dan kewajibannya sesuai peranan yang diembannya, sehingga hubungan antarindividu terjalin dengan baik. Hubungan yang demikian oleh masyarakat Melayu-Jambi digambarkan sebagai Alim sekitab cerdik secendikio, batino semalu jantan basopan”. Nilai yang terkandung dalam seloka ini, dengan demikian, adalah nilai kebersamaan. Dalam hal ini adalah kebersamaan sebagai anggota dalam suatu masyarakat.


Adat diisi, lembago dituang

Adat adalah sesuatu yang telah disepakati dan dilakukan secara turun-temurun (dari satu generasi ke generasi berikutnya). Ia berisi aturan-aturan, norma-norma, dan nilai-nilai yang menjadi acuan dalam suatu masyarakat yang berfungsi agar kehidupan masyarakat yang bersangkutan selaras, serasi, dan harmonis. Melanggar adat berarti menyimpang dari aturan-aturan, norma-norma, dan nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat dimana yang bersangkutan menjadi warganya. Dan, penyimpangan itu akan dikenakan sanksi, baik yang ringan maupun berat, bergantung pada pelanggarannya. Demi tegaknya adat-istiadat, maka ditumbuhkembangkan seloka yang berbunyi sebagaimana tersebut di atas. Intinya adalah agar adat-istiadat wajib ditaati. Oleh karena itu, nilai yang terkandung dalam seloka ini adalah nilai kewajiban (melaksanakan adat-istiadat yang ditumbuhkan dan dikembangkan oleh suatu masyarakat. Dalam hal ini adalah masyarakat Melayu-Jambi.


Ada genting menanti putus, ada retak menanti pecah, ada biang menanti tebuk

Segala sesuatu yang akan terjadi diawali dengan berbagai tanda. Agar segala sesuatu yang akan terjadi atau terjadi tidak menimbulkan hal-hal yang diinginkan (merugikan dan atau menyengsarakan), maka perlu adanga sikap kehati-hatian. Dan, sesuatu yang bisa saja terjadi yang pada gilirannya bisa merugikan atau menyengsarakan, digambarkan dengan genteng yang retak dan biang akan tebuk. Ini artinya sebuah peringatan agar seseorang harus hati-hati. Oleh karena itu, nilai yang terkandung dalam seloka ini adalah nilai kehati-hatian.

Ini di dapat dari berbagai sumber

2 komentar:

Lutfi Setiyawan said...

Ada genting menanti putus, ada retak menanti pecah, ada biang menanti tebuk . . .
hhahahaaa , , , bagus kata"nya


PERTAMAX ! ! ! !
Follow,

Yudi Kurniawan (a-One) said...

hecker>> makasih masih banyak kok ini, kunjungi lagi aja, ntar saya keluari lagai deh,,, salam kenal makasih

Post a Comment

Like Facebook